Nama :
Annisa Fitria
NPM : 19211184
Penalaran Deduktif
Penalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengankonklusi (consequence).
Penalaran deduktif menggunakan bentuk benalar deduksi.
Deduksi yang berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan
pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal. Perihal
khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi
merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau
individual.
Sedangkan Penalaran
Deduktif itu sendiri adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu
pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan
premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut.
Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya.
Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan
pernyataan atau kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.
Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran
deduktif menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis
benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil
kesimpulannya benar. penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya
matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif
adalah :
- semua
hewan punya mata
- kucing termasuk hewan
- kucing punya mata
Penalaran
Deduktif, yaitu adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar
untuk menarik kesimpulan.
Macam-Macam
Silogisme di dalam Penalaran Deduktif:
Di dalam
penalaran deduktif terdapat entimen dan 3 macam silogisme, yaitu silogisme
kategorial, silogisme hipotesis dan silogisme alternatif
1. Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis
minor.
Silogisme
kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum
: Premis Mayor (My)
Premis
khusus : Premis Minor (Mn)
Premis
simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek
simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai
berikut:
1) Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term
mayor, term minor, term penengah.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis
mayor, premis minor, dan
kesimpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan
simpulan.
4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti
negatif.
5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan
yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik
satu simpulan.
7) Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat
khusus.
8 ) Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif
tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Saya
adalah mahasiswa
K
: Saya lulusan SLTA
My :
Semua siswa SLTA memiliki ijazah SLTP
Mn : Andi tidak
memiliki ijazah SLTP
K : Andi bukan
siswa SLTA
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika
tidak ada makanan, manusia akan kelaparan.
Mn : Makanan
tidak ada.
K : Jadi,
Manusia akan Kelaparan.
My
: Jika hujan, saya naik mobil
Mn
: Sekarang hujan
K
: Jadi, saya
naik mobil
3. Silogisme Alternatif
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
My : Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.
Mn : Kakak saya berada di Bandung.
My : Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.
Mn : Kakak saya berada di Bandung.
K : Jadi,
Kakak saya tidak berada di Jakarta.
My
: la lulus atau tidak lulus.
Mn
: Ternyata ia lulus.
K
: Jadi, ia bukan tidak lulus.
4. Entimen
Merupakan silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya adalah silogisme.
Merupakan silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya adalah silogisme.
Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
– Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
– Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
– Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
– Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
My : Manusia
mahluk rasional.
Mn : Ayam bukan
manusia.
K : Ayam tidak
rasional.
My : Setiap
manusia pernah lupa.
Mn : Mahasiswa
adalah manusia.
K
: Mahasiswa pernah lupa.
Dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan teori (Heru Nugroho; 2001: 69-70). Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah, penalaran tersebut dapat digunakan dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar